Apa itu Learning Management System (LMS)? Ini Pengertian, Fungsi & Jenisnya

SHARES

Learning Management System (LMS) merupakan software yang memungkinkan Anda membuat dan mengelola sistem pembelajaran, hingga membuat laporan progres pembelajaran dengan lebih mudah melalui sebuah website.

Software LMS tidak hanya bisa digunakan oleh lembaga pendidikan, namun juga oleh perusahaan untuk corporate training and development, hingga oleh pemerintah untuk training pegawai negeri sipil.

Lantas, apa itu Learning Management System (LMS)? Apa fungsi LMS dan apa fitur-fitur penting yang harus ada? Apa saja jenis-jenis LMS? Artikel ini membahas informasi lengkap tentang LMS.

Apa itu Learning Management System (LMS)?

Sebelum bergerak lebih jauh, penting bagi Anda untuk memahami LMS itu apa. Learning Management System (LMS) adalah sistem perangkat lunak yang didesain untuk membuat, menyampaikan, dan mengelola koten pembelajaran dan program pelatihan (training).

LMS seperti sebuah learning hub atau sekolah, dengan lingkungan yang bersifat virtual atau maya, di mana pengajar dapat meng-upload materi, membuat tugas, hingga melacak progres perkembangan siswa.

Seperti Content Management System (CMS) yang digunakan untuk mengelola konten, yang sebagian besar berbasis teks, LMS lebih spesifik mengelola sistem pembelajaran secara online. Tujuan dari pembuatan LMS antara lain:

  • Memudahkan sistem belajar mengajar
  • Meningkatkan aksesibilitas
  • Meningkatkan fleksibilitas
  • Memudahkan pengelolaan konten pembelajaran
  • Memudahkan administrasi dan pelaporan
  • Memudahkan sertifikasi
  • Meningkatkan efektivitas biaya

Bagaimana LMS dapat mencapai tujuan tersebut? LMS dibekali dengan fungsi dan fitur-fitur yang mendukung, mulai dari fitur manajemen konten, fitur komunikasi, hingga fitur gamification.

Fungsi dan Fitur Penting dalam LMS

Berikut ini beberapa fitur umum yang ada pada sistem manajemen pembelajaran (LMS). Fitur-fitur di bawah ini kami kelompokkan menggunakan framework MoSCoW (must-have, should-have, could-have, won’t-have) untuk memetakan prioritas:

1. Fitur Must-Have (Harus Ada)

Berikut adalah fitur-fitur yang harus ada pada Learning Management System (LMS) yang mana merupakan fungsi dasar, mulai dari menejemen konten pembelajaran, manajemen pengguna, evaluasi, hingga laporan.

a. Manajemen Konten Pembelajaran

Fitur yang paling umum ada pada LMS adalah sistem manajemen konten pembelajaran. Fitur ini meliputi manajemen pembuatan, hingga penghapusan konten pembelajaran.

Selain itu, fitur ini juga harus dapat digunakan untuk mengatur modul, dan materi pembelajaran dengan format yang terstruktur. Sehingga dapat digunakan oleh pengajar dengan mudah, dan ditampilkan pada siswa dengan jelas.

b. Manajemen Pengguna

Komponen selanjutnya yang harus ada pada Learning Management System adalah sistem manajemen pengguna. Manajemen pengguna ini meliputi pembuatan akun LMS dan proses pendaftaran siswa pada LMS.

Selain itu pengelolaan pengguna juga harus memiliki fitur pembuatan dan pengaturan user role (peran pengguna). Dalam LMS umumnya perang pengguna dibagi menjadi tiga, yakni administrator, instruktur/pengajar, dan siswa.

c. Fitur Evaluasi dan Penilaian

Fitur evaluasi dan penilaian juga tidak boleh tertinggal. Fitur berfungsi untuk membuat dan memberikan asesmen dan penilaian, baik dalam bentuk kuis ataupun tugas. Fitur turunannya adalah progress tracking untuk mengetahui perkembangan tugas siswa.

d. Fitur Laporan dan Analisa

Terakhir, LMS juga perlu dilengkapi dengan fitur laporan dan analisa aktivitas, performa, dan penyelesaian pembelajaran oleh siswa. Dengan demikian, administrator dan pengajar dapat melihat laporan perkembangan siswa dengan mudah.

2. Fitur Should-Have (Disarankan Ada)

Jenis fitur ini mungkin tidak harus ada ketika Anda merilis LMS untuk pertama kalinya, namun sangat disarankan menambahkan fitur Should-Have untuk pengembangan jangka panjang.

a. Fitur Komunikasi dan Kolaborasi

Komunikasi dan kolaborasi merupakan fitur dukungan yang memungkinkan pengajar dan siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam lingkungan LMS. Bentuk nyata fitur ini seperti forum diskusi dan berkirim pesan (chatting).

b. Kompatibilitas dan Integrasi

Selanjutnya, dalam proses pengembangannya, penambahan fitur kompatibilitas dan integrasi terhadap mobile juga tak kalah penting. Sehingga LMS dapat diakses baik melalui komputer/desktop, maupun handphone.

c. Personalisasi Konten

Jika dua fitur sebelumnya sudah dikembangkan, selanjutnya LMS juga dapat ditambah dengan fitur personalisasi konten bagi penggunanya berdasarkan kebutuhan dan preferensi mereka.

d. Gamification

Fitur Gamification mungkin agak advance dan cukup sulit dikembangkan, namun jika bekerja sama dengan jasa pembuatan LMS tentu tidak akan lebih mudah dan cepat. Fitur ini dapat meningkatkan motivasi pengguna, seperti adanya point, lencana, hingga leaderboards.

3. Fitur Could-Have (Boleh Ada)

Anda dapat menambahkan fitur di bawah ini saat pengembangan LMS jangka panjang, namun fitur berikut bukan komponen fundamental dalam pengoperasian LMS. Sehingga jika tidak ada, bukan masalah besar.

a. Virtual Classroom

Fitur kelas virtual yang bisa memungkinkan pembelajaran dilakukan secara live atau biasa disebut synchronous learning dapat ditambahkan ketika fitur must-have dan should-have sudah lengkap.

b. Fitur Social Learning

Untuk meningkatkan interaksi para pengguna LMS, fitur Social learning juga dapat ditambahkan. Fitur ini mengintegrasikan sosial media dengan LMS, sehingga dapat memudahkan interaksi dan kolaborasi.

c. Fitur Advanced Analytics

Fitur ini memungkinkan pengguna, terutama admin dan tutor untuk menganalisa performa siswa hingga melihat pola belajarnya. Sehingga pemberian feedback bisa menjadi lebih tepat sasaran.

d. Fitur dengan Dukungan AI

Dukungan AI juga dapat ditambahkan ketika proses iterasi. Fitur ini nantinya dapat memudahkan pengguna, baik pengajar maupun siswa. Contoh produknya seperti chatbot dan penilaian otomatis.

e. Manajemen Compliance

Apabila semua fitur sudah ada, Learning Management System (LMS) yang dikembangkan harus memenuhi standar dan regulasi industri maupun pemerintah. Sehingga keamanannya pun dapat dipertanggung jawabkan.

4. Fitur Won’t Have (Tidak Perlu Ada)

Beberapa fitur berikut tidak perlu dimasukkan pada sistem LMS, karena tidak relevan pada tujuan utama pembelajaran, terlalu butuh sumber daya yang besar, atau risiko terlalu besar.

Contohnya seperti editing video, di mana fitur ini tentu sangat sulit dikembangkan. Di sisi lain, editing video juga merupakan fitur yang sangat jauh dari tujuan utama LMS, yakni manajemen pembelajaran.

Siapa Pihak yang Membutuhkan LMS?

Berikut ini segmentasi pihak yang membutuhkan Learning Management System (LMS), mulai dari korporasi, lembaga pendidikan, NPO, pemerintah, hingga industri:

1. Korporasi: Training Umum

Korporasi jenis pertama ini adalah jenis perusahaan dengan berbagai skala yang membutuhkan LMS untuk melakukan general training ‘training umum’ atau corporate training.

Jenis training ini biasanya berlaku untuk semua Contoh corporate training adalah seperti saat on-boarding, hingga compliance training yang bersifat umum, seperti regulasi

Pelatihan dan pengembangan SDM (corporate training) ini akan lebih mudah dilakukan jika perusahaan memiliki sistem Learning Management Systemnya (LMS)-nya sendiri. Sehingga delivery dan pemantauan progress-nya lebih mudah, efektif, dan efisien.

2. Korporasi: Training Spesifik Industri

Pihak ini mungkin overlap dengan korporasi secara umum, namun sebenarnya memang sedikit berbeda. Korporasi jenis kedua ini adalah perusahaan yang butuh LMS untuk melakukan training dan pengembangan SDM untuk kemampuan spesifik (industry-specific training).

Beberapa contoh indystry-specific training adalah Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPAA) di kesehatan dan Sarbanes-Oxley Act (SOX) di keuangan, yang mana tentu dapat dilakukan menggunakan Learning Management System (LMS).

Selain itu, contoh lain pelatihan khusus yang dibutuhkan perusahaan untuk mengembangkan SDM-nya melalui LMS adalah pelatihan Digital Marketing, Programming, SAP, dan pelatihan skill mendalam lainnya.

3. Institusi dan Lembaga Pendidikan

Penerapan LMS pada institusi pendidikan juga sangat penting, mulai dari universitas, sekolah, lembaga kursus, baik yang formal maupun informal. Hal ini dapat menunjang pembelajaran, dan memungkinkan penerapan blended learning.

LMS kuliah, sekolah, maupun lembaga pendidikan lainnya akan sangat membantu para pengajar dalam menyampaikan materi, menguji kemampuan siswa, hingga merekap nilai siswa. Semua kegiatan administrasi akan jauh lebih mudah.

4. Ogranisasi Non-profit

Bagi Anda yang berada di Non-Profit Organization (NPO) atau organisasi non-profit, peran LMS juga penting. LMS dapat membantu pembelajaran bagi para volunteer hingga staff dengan efisien dan efektif.

Biasanya keberadaan volunteer bisa tersebar di berbagai tempat. Dengan adanya LMS, training terhadap volunteer tersebut akan lebih mudah dilakukan secara online.

5. Pemerintah

Pemerintah adalah salah satu lembaga yang juga membutuhkan LMS, terutama untuk meningkatkan dan menstandarisasi kemampuan para pegawainya melalui pelatihan. Contoh pelatihannya seperti regulasi dan kebijakan pemerintah.

Dengan bekerja bersama jasa pembuatan website terbaik, tentu akan lebih mudah merealisasikan kebutuhan LMS untuk pemerintah, seperti membuar LMS Kemkes, LMS Kemdikbud, hingga LMS PPG. Jika memilih jasa, pastikan juga telah berpengalaman mengembangkan sistem web pemerintah.

Jenis-Jenis Learning Management System (LMS)

Secara garis besar, jenis Learning Management System (LMS) dibagi menjadi tiga, yakni berdasarkan (1) delivery mode, (2) use case, dan (3) source code.

1. Berdasarkan Delivery Mode

Berdasarkan delivery mode-nya, LMS dibagi menjadi dua jenis, yakni(1) Cloud-based LMS (SaaS) dan (2) Installed (On-Premise). SaaS merupakan LMS yang dapat diakses melalui browser. Sehingga tidak perlu install software. Contohnya sepeti Udemy dan Adobe Learning Manager.

Sementara On-Premise merupakan jenis LMS yang dapat di-install pada server pribadi. LMS ini menawarkan kontrol penuh dan membutuhkan kemampuan teknis lebih tinggi. Contohnya seperti Moodle, Blackboard learn, SAP Litmos, dan Docebo.

Bagi Anda yang kenal dengan WordPress, sebenarnya teknologi ini juga dapat digunakan untuk mengembangkan LMS. Namun pembuatan LMS perlu install plugin di WordPress.

2. Berdasarkan Use Case

Use case adalah konteks yang menyediakan gambaran penggunaan sebuah software oleh user. Jenis LMS dibagi menjadi 3 berdasarkan use case-nya, yakni (1) Learning Management System [LMS]; (2) Learning Experience Platform [LXP]; dan (3) Talent Management System [TMS].

  • LMS: Jenis LMS untuk kebutuhan pembelajaran secara umum. Contohnya Udemy dan Cornerstone OnDemand.
  • LXP: Jenis LMS yang fokus pada proses pembelajaran yang dipersonalisasi dengan konten yang sudah dikurasi. Contohnya Degreed.
  • TMS: Jenis LMS yang memiliki fitur talent management. Contohnya Workday Learning dan Oracle University.

3. Berdasarkan Source Code

Bersarkan source-code-nya, Learning Management System dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni (1) open-source LMS dan (2) closed-source LMS. Berikut perbedaannya:

  • Open-source LMS: Jenis LMS yang sumber kode pemrogramannya dapat diakses oleh siapapun, sehingga bisa dikusomisasi lebih mendalam dengan kemampuan teknis yang mumpuni. Contohnya adalah Moodle dan Totara Learn.
  • Closed-source LMS: Jenis LMS yang sumber kodenya tidak dapat diakses dan dapat dikustomisasi secara terbatas. Namun jenis LMS ini biasanya lebih mudah digunakan. Contohnya seperti Udemy dan Thinkific.

Lebih banyak contoh dari LMS dapat Anda baca pada artikel kami tentang Contoh Learning Management System (LMS). Apabila perlu mengembangkan LMS, Anda dapat berkonsultasi dengan jasa pembuatan website kursus pendidikan online.

Sudah Paham tentang Apa itu Learning Management System (LMS)?

Itulah penjelasan singkat terkait dengan apa itu Learning Management System (LMS). Selain penjelasan definisinya, artikel ini juga kami lengkapi dengan informasi tambahan, seperti fitur LMS, pihak yang membutuhkan LMS, hingga jenis-jenis LMS.

Apabila Anda membutuhkan bantuan dalam mengembangkan web Learning Management System (LMS), Anda bisa bekerjasama dengan tim Tonjoo. Konsultan software development ini telah melahirkan LMS, seperti FutureSkills dan Cakap.

Selain portofolio di bidang LMS, Tonjoo juga berpengalaman mengembangkan website berbasis WordPress seperti Universitas Gadjah Mada, Hipwee, dan lainnya.

Apabila tertarik bekerja sama, Anda dapat menghubungi tim Tonjoo melalui melalui kontak kami.

learning management system


Baca artikel serupa oleh Moch. Nasikhun Amin di blog Tonjoo mengenai WordPress, WooCommerce, plugin, dan topik-topik pengembangan web lainnya.


 

Mari Bekerja Sama!

Wujudkan situs web impian Anda bersama kami.